Gel
Gel
Struktur CMC-Na (Rowe et al, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Gel
harus jernih dan berkilau. Kebanyakkan gel dapat dicuci dengan air, larut dalam
air, menyerap air, tidak berminyak, dan bertindak sebagai basis penyerapan. Gel
juga harus mempertahankan viskositas dan karakternya pada rentang temperatur
yang luas. Gel dapat diberikan secara oral, topikal, intranasal, vaginal dan
rektal (Allen, 2018).
Komposisi
utama dalam sediaan gel adalah air (85–95%) dan gelling agent. Konsistensi gel berasal dari gelling agent yang biasanya berbentuk polimer dan membentuk
struktur 3 dimensi. Sifat – sifat gel :
1. Idealnya,
gelling agent untuk penggunaan
kosmestik atau farmasi harus inert, aman, dan tidak boleh bereaksi dengan
komponen formulasi lainnya.
2. Gelling agent
yang termasuk dalam sediaan harus menghasilkan sifat padat yang reasonable selama penyimpanan dan dapat
mudah dihancurkan saat mengalami gaya geser dengan mengocok botol, meremas
tabung, atau selama aplikasi topikal.
3. Gel
harus memiliki anti–mikroba yang cocok untuk mencegah serangan mikroba.
4. Gel
topikal tidak boleh kasar.
5. Gel
mata harus steril.
(Kaur
and Guleri, 2013).
Ketidakstabilan
gel secara umum terbagi atas :
-
Imbisi adalah
pengambilan cairan tertentu tanpa peningkatan volume yang terukur.
- Pembengkakan/Swelling adalah pengambilan cairan oleh gel
dengan peningkatan volume. Hanya cairan yang melarutkan gel yang bisa
menyebabkan pembengkakan. Pembengkakan protein gel dipengaruhi oleh pH dan
adanya elektrolit.
- Sineresis
terjadi ketika interaksi antara partikel fase terdispersi menjadi begitu besar.
Sineresis adalah bentuk ketidakstabilan dalam gel berair dan tidak berair.
Pemisahan fase pelarut diperkirakan terjadi karena kontraksi elastis molekul
polimer dalam proses pembengkakan selama pembentukan gel makromolekul yang
terlibat menjadi membentang dan kekuatan elastis meningkat sebagai hasil
pembengkakan. Pada kesetimbangan, kekuatan pemulihan makromolekul diimbangi
oleh kekuatan pembengkakan, yang ditentukan oleh tekanan osmotik. Jika tekanan
osmosis menurun, misalnya pada pendinginan, air dapat keluar dari gel. pH
memiliki efek yang ditandai pada pemisahan air. Pada sineresis dengan pH rendah
terjadi pada gel karboksiholimetilena, karena penekanan ionisasi gugus asam karboksilat,
hilangnya hidrasi air, dan pembentukan ikatan hidrogen intramolekul. Hal ini
akan mengurangi daya tarik pelarut untuk makromolekul.
-
Thixotropy
adalah formasi gel–sol reversible tanpa perubahan volume atau suhu sejenis
aliran non-Newtonian.
(Allen, 2018)
Gelling agent
Gelling agent
adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang diperoleh dari sumber alami
atau sintesis. Fungsi utama dari gelling
agent adalah untuk menjaga konsistensi cairan dan padatan dalam suatu
bentuk gel. Gelling agent terdispersi
air, memiliki sifat pembengkakan, dan meningkatkan viskositas dispersi. Setiap
jenis gelling agent memiliki efek
yang berbeda dalam memberikan pengaruh terhadap formula gel. Besar konsentrasi gelling agent yang digunakan dalam
formula menentukan pula karakteristik sediaan gel seperti kekuatan dan
elastisitas. Gelling agent yang ideal
harus aman, tidak boleh berinteraksi dengan komponen formulasi lain dan harus
bebas dari serangan mikroba. Gel dari polisakarida alam akan mudah mengalami
degradasi mikroba sehingga diformulasikan dengan pengawet untuk mencegah
hilangnya karakteristik gel akibat mikroba. Perubahan suhu dan pH tidak boleh
mengubah sifat reologi. Selain itu, harus ekonomis, tersedia, tidak berwarna,
memberikan sensasi pendinginan di tempat aplikasi, dan memiliki bau yang
menyenangkan. Konsentrasi gelling agent
sebagian besar kurang dari 10%, biasanya dalam kisaran 0,5–2,0% (Gad, 2008).
Gelling
agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah CMC–Na,
yaitu polimer anionik yang berbentuk serbuk granul berwarna putih, tidak
berbau, tidak berasa, dan bersifat higroskopis. CMC–Na biasanya digunakan dalam
sediaan topikal untuk meningkatkan viskositas sediaan. CMC–Na dapat digunakan
sebagai gelling agent pada
konsentrasi 3,0–6,0 %. CMC–Na memiliki titik didih 227oC, mengandung air kurang dari
10% dan dapat menyerap air pada suhu 37oC dengan kelembaban 80%.
CMC–Na tidak larut dalam aseton, etanol 95% (akan mengalami presipitasi), dan
toluen. CMC–Na stabil pada pH antara 2–10 , pada pH <2 akan mengalami
pengendapan dan >10
akan mengalami penurunan viskositas (Rowe et
al, 2009).
Humektan
Humektan
dapat meningkatkan kelembaban kulit dan menjaga agar kulit tidak mengalami
hidrasi. Sediaan dengan kandungan air yang tinggi berpotensi mengikat dan
menyerap air dari permukaan kulit untuk menggantikan air dari sediaan yang
telah menguap, menyebabkan kulit menjadi kering. Penggunaan gel dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan permukaan kulit menjadi kering, sehingga untuk
menjaga kelembaban kulit pada formula gel sering ditambahkan humektan. Humektan
ditambahkan untuk mencegah sediaan menjadi kering dan kehilangan kandungan air
dalam jumlah besar. Lapisan humektan yang tipis akan terbentuk untuk
mempertahankan kelembaban dan mencegah kulit kering (Mukul, Surabhi and Atul,
2011).
Humektan yang
digunakan dalam dalam penelitian ini adalah propilen glikol. Propilen glikol
mempunyai sifat viskos dan higroskopis, dengan rasa manis, yang sedikit tajam
seperti gliserin. Propilen glikol berbentuk cairan kental, jernih, tidak
berwarna dan tidak berbau. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, disinfektan,
humektan, plasticizer, pelarut, stabilizing agent, dan kosolven water–miscible. Pada formulasi sediaan
topikal propilen glikol digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi ≈ 15%.
Pada suhu ruangan dan suhu dingin propilen glikol akan stabil, namun jika
dipanaskan pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid, asam
laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol dapat larut dan stabil
pada etanol 95%, gliserin, atau air (Rowe et
al, 2009).
Struktur Propilen Glikol
(Rowe et al, 2009)
Allen, L. V., 2018. Compounding Gels. Secundum Artem : Current & Practical
Compounding Information for the Pharmacist., 4(5), 1–6.
Gad, S. C., 2008. Pharmaceutical Manufacturing Handbook : Production and Processes,
John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, Canada, p. 293.
Kaur, L. P., and Guleri, T. K., 2013.
Topical Gel : A Recent Approach for Novel Drug Delivery. Asian Journal of Biomedical & Pharmaceutical Sciences., 3(17),
1–5.
Mukul, S., Surabhi, K., and Atul, N.,
2011. Cosmetical for the Skin : An Overview. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research., 4(2), 1.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M.
E., 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th ed, Pharmaceutical
Press, London, pp. 118–123; 283–284; 624–626.
SEMOGA BERMANFAAT !!!
Komentar
Posting Komentar